Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Jalang Tak Tahu Malu! (1) 



Jalang Tak Tahu Malu! (1) 

0Pei Huan berdiri di tangga sembari memperhatikan Pei Qiqi dan Pei Minghe berbicara.     
0

Pei Minghe sedang duduk di kursi roda. Meskipun dia tidak bisa terlalu banyak bergerak, namun senyuman terus muncul di wajahnya.     

Sekarang, satu-satunya orang yang bisa membuat Pei Minghe tertawa adalah Pei Qiqi!     

Pei Qiqi telah merebut ayah Pei Huan dan juga Lin Jinrong. Bahkan sekarang, ibunya tidak berpihak padanya. Apalagi kalau bukan karena Pei Qiqi adalah wanita simpanan yang sangat disayangi Tang Yu?      

Pei Huan mengangkat kepalanya dengan sorot mata yang sangat dingin. Dia perlahan berjalan menuruni tangga. "Pei Qiqi, tumben sekali kamu datang menjenguk Ayah. Apa kamu tidak..."     

Mungkin karena terpikir akan sesuatu, Pei Huan tiba-tiba tidak jadi mengutarakan kalimat berikutnya.      

Pei Qiqi tersenyum tipis. "Kamu sendiri juga pernah bilang, kalau ini ayahku."     

Kemudian, Pei Qiqi sedikit merendahkan tubuhnya dan berjongkok di hadapan Pei Minghe, lalu kembali menyuapi ayahnya makan apel.     

Dia memotong apel menjadi beberapa bagian kecil agar Pei Minghe dapat memakannya tanpa bersusah payah.     

Pei Qiqi sudah mengatakan kepada Tang Yu kalau dia tidak akan pergi magang setiap hari. Dia akan langsung pergi ke sini sepulang dari kampus di sore hari. Dia akan menunggu Tang Yu pulang kerja dan menjemputnya untuk pulang bersama ke Xiacheng.     

Karena Tang Yu datang setiap hari, Zhou Meilin tidak berani membuat Pei Qiqi kehilangan sehelai rambut pun. Paling-paling, Pei Huan hanya mengucapkan beberapa kata-kata dingin pada Pei Qiqi.     

Oleh karena itu, Pei Qiqi merasa bahwa dirinya adalah seekor rubah yang menggunakan koneksi yang kuat untuk mengintimidasi orang lain. Dia seperti rubah kecil yang bersembunyi di belakang Tang Yu.     

Pei Minghe tidak bisa bergerak dengan leluasa dan nyaman, namun dia masih bisa berpikir dengan jelas. Dia menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata kasar Pei Huan pada putri kesayangannya.     

Pei Qiqi mencoba menenangkan ayahnya dengan lembut. "Ayah, Ayah kan tahu sendiri kalau aku dan Pei Huan selalu bertengkar sampai besar. Jadi, tidak usah terlalu dipikirkan! Lagi pula, dia sekarang sedang hamil. Aku tidak akan menanggapinya mencari-cari masalah!"     

Dia membujuk Pei Minghe seperti anak kecil.     

Kepala Pei Minghe gemetar lagi, dan akhirnya kembali tenang.     

Pei Huan hanya menonton sepasang ayah dan anak itu dengan tatapan dingin.     

Pei Qiqi kembali mengambil potongan kecil apel sambil menghibur ayahnya dengan suara lembut. "Tuan Pei Minghe akan bisa berdiri lagi dalam waktu dekat ini."     

"Ayah, begitu kondisimu sudah sepenuhnya membaik nanti, mari kita jalan-jalan di taman. Ayah pernah bilang kalau hal yang paling kamu inginkan adalah tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga!" Pei Qiqi menarikkan selimut Pei Minghe. "Bibi dan Pei Huan juga akan pergi bersama kita."     

"Pei Qiqi, dasar anak tak tau diri! Beraninya kamu mengharapkan kasih sayang dari orang lain yang sangat membencimu!" Pei Huan berjalan keluar. Dia tidak sudi menoleh dan melihat mereka berdua lagi.     

Pei Huan tidak tahan… tidak tahan melihat Pei Qiqi berbakti kepada ayahnya.     

Jelas-jelas Pei Minghe adalah ayahnya, sedangkan Pei Qiqi adalah anak hasil di luar nikah, yang seharusnya tidak berhak memiliki kehidupan yang layak. Namun, kenapa Pei Qiqi justru memiliki semuanya? Mengapa Pei Huan, yang merupakan anak sah, justru diperlakukan seperti anak liar...     

Pei Qiqi dapat melihat kekecewaan di mata Pei Minghe. Dia menepuk punggung tangan ayahnya itu. "Pei Huan sedang hamil. Suasana hati wanita hamil tidak stabil... Bukankah sama seperti Bibi saat sedang hamil dulu?"     

Pei Menghe mungkin memikirkan sesuatu. Dia menyunggingkan senyuman tipis pada Pei Qiqi.     

Meskipun Pei Minghe kesulitan memberikan senyuman di otot-otot wajahnya yang miring, tapi dia masih berusaha tersenyum.     

Pei Qiqi menemani ayahnya untuk waktu yang lama. Dia melihat jam yang menunjukkan bahwa hari sudah malam. Kemudian, dia mendorong kursi roda Pei Minghe kembali ke kamar tidur, lalu membaringkannya di atas tempat tidur dengan dibantu pengasuh.      

Zhou Meilin biasanya menghindari Pei Qiqi ketika Pei Qiqi ada di sana. Dia hanya akan tersenyum dan berbasa-basi singkat ketika Pei Qiqi pamit pergi sebagai formalitas saja.     

Di dalam hati Pei Qiqi, bukannya tidak ada kebencian pada Zhou Meilin. Tapi… bagaimanapun juga, harus ada seseorang yang menjaga ayahnya. Selain itu, apapun yang terjadi…     

Pei Qiqi hanyalah orang luar yang singgah di keluarga mereka.     

Ketika dia hendak pergi, Zhou Meilin berjalan keluar mengikutinya dengan ekspresi yang dibuat-buat.     

"Bibi, ada apa?" ​​tanya Pei Qiqi.     

Zhou Meilin menyeka air matanya. "Qiqi, entah kenapa aku merasa begitu bahagia saat mendengar kamu memanggilku Bibi! Maafkan Bibi atas semua yang Bibi telah lakukan padamu selama ini. Tetapi, untungnya kamu dapat bertemu Tuan Tang yang memperlakukanmu dengan sangat baik! Sekarang Bibi sangat ingin menebus semuanya padamu."     

Pei Qiqi tidak bergerak. Dia hanya tersenyum sangat tipis. "Ini karena Pei Huan, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.